Butir #006 Da’wah Tabligh Khuruj Fii Sabiilillaah

Air yang mengalir dari mata air tak dapat dibendung. Jika dibendung lama-lama akan melimpah. Semakin tinggi bendungannya semakin dahsyat daya dobraknya.

Orang bijak akan menyediakan saluran bagi sang air agar tidak mengalir sesukanya.

Demikianlah muslim Cambodia, telah disediakan saluran untuk mengalirkan tradisi agamanya sehingga kehidupan berjalan dengan harmoni di tengah minoritas.

Kami tiba pagi-pagi di Kampong Longsan Ler, masuk Masjid Darun Nu’man yang sedang direnovasi. Brantakan ksana kmari. Bahan bangunan berserakan sehingga perasaan tak nyaman betul.

Selesai sholat tahiyatul masjid, duduk musyawarah, datang seorang minta pakaian yang mau dicuci. Wah, ini kejutan… Di antara 21 masjid yang kami lalui sebelumnya belum ada yang minta pakaian, hanya sediakan makanan.

Bahkan dia bilang…. “Untuk buka puasa dan sahur tuan-tuan tak perlu masak, orang kampung dah sediakan…” Lanjutnya.. wah… wah… lain ini, lain padang lain belalang…

Subhanallah, di masjid-masjid sebelumnya kami telah muzakarah bagaimana kemuliaan melayani tamu. Bagaimana menunaikan hak tamu, tuan rumah wajib memberi makan dan tempat tinggal selama tiga hari.
Hidangan pertama dengan “jaisyah” yakni hidangan istimewa.

Kami baca Hadits yang diriwayatkan oleh Qatada RA bahwa seseorang yang tidak tidak memuliakan tamu maka dia tidak memiliki kebaikan samasekali.

Ternyata di kampung ini bukan seseorang yang memuliakan tamu tapi satu kampung. Bahkan anak kecil pun sebisanya ikut berkhidmat, walau sekedar mijit-mijit kaki atau tapak tangan dengan jemarinya yang lembut.

Ketika diajak keluar untuk da’wah, semua angkat tangan siap, tapi kapan berangkatnya…. ? Ternyata mereka sudah punya jadwal berangkat masing-masing.

Walaupun sudah punya jadwal berangkat da’wah, mereka tetap mengutamakan ittikaf 10 hari akhir Ramadhan.

Keluar di jalan Allah untuk berda’wah adalah kebanggan mereka. Di kampung terakhir dari 110 kepala keluarga 100% lelaki baligh sdh pernah keluar 3hr, 20 orang 40hr, 10 orang 4 bulan, bbrp di antaranya sudah pernah ke India Pakistan Bangladesh dan negara2 tetangga spt Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dll.

Kami mencatat 16 point sebagai oleh-oleh pulang kampung:

1. Wajah, ukuran, selera makan dan lingkungan sama dgn org Indonesia
2. Setiap masjid ada musyawarah
3. Setiap masjid ada dapur dan peralatan masak saji lengkap
4. Setiap masjid ada bantal, artinya senantiasa ada jamaah yang ittikaf
5. Setiap masjid ada madrasah, bahkan tahfidz atau ‘alim
6. Sebelum adzan ada pengumuman untuk siap2 dan sebelum iqamat ada lampu merah
7. Sebelum kunjungan sore untuk door to door ada pengumuman dari masjid
8. Taklim wanita mingguan ada pengumuman dari masjid
9. Setiap minggu ada pertukaran kunjungan pengurus dan jamaah utk sholat dzuhur-ashar
10. Makanan utk tamu disediakan 3hr (9x makan)
11. Pakaian utk tamu dicucikan 3hr
12. Pada bulan Ramadhan, ada bubur ayam untuk sekampung dimasak di masjid
13. Kaum lelaki sangat tawadhu, tamu selalu ditawarkan menjadi imam, mudah diajak kebaikan, walaupun sibuk atau hanya sekedar lewat mereka sedia diajak mampir utk ta’lim
14. Kaum wanita sangat pemalu, dari kecil sdh terlatih menutup aurat
15. Anak-anak suka berkhidmat, walau sekedar mijit telapak tangan
16. Boleh foto KTP dgn songkok/jilbab sehingga muslim cinta pemerintah

Karena sifat seperti ini maka muslim seluruh dunia sayang kpd muslim Cambodia. Buktinya, sebagian besar masjid dibangun dgn bantuan negara luar spt: UAE, Kuwait, Turkey, Malaysia, Singapore, Indonesia, dll

—–

Demikian tulisan ini saya akhiri di tepi Sungai Mekong, Masjid Nurul Huda, Kampung Swai Rouwlum Kandal Cambodia 31 Mei 2018

Sampai jumpa pada perjalanan da’wah berikutnya. Wassalam.

Helmi Hasan dkk.

Butir-butir Pasir Sungai Mekong Cambodia (3)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here