Oleh: dr. Ali Mahsun, M. Biomed.*
Intoleransi bahkan konflik antar umat beragama seharusnya tidak boleh terjadi seperti apa yang terjadi di Manado Sulawesi Utara pada Senin Malam tanggal 15 Oktober 2018, yaitu antara umat Islam dan Umat Kristen dengan sebuah ‘pemicu’ menolak kehadiran Habib Bahar yang dianggap sebagai provokator radikalis. Soal agama, juga soal suku, adat istiadat, ras dan etnik di Indonesia sudah final, ada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Yang merupakan warisan agung leluhur nusantara dan bangsa Indonesia.
Di negeri ini, perbedaan itu rahmat dan memiliki kekuatan dahsyat yang hanya dimiliki Indonesia di dunia. Oleh karena itu, perbedaan apa pun, termasuk perbedaan memeluk agama, juga perbedaan adanya pandangan seputaran agama, tidak boleh menimbulkan intoleransi dan atau konflik yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sebaliknya, harus jadi kekuatan kebersamaan yang kokoh di antara anak bangsa yang memeluk agama dan penghayat kepercayaan kepada Tuhan YME yang berbeda. Indonesia adalah bangsa terbesar di dunia, satu-satunya bangsa yang lahir di atas beragam varian agama, suku, ras, etnik, adat istiadat / budaya dan bahasa yang memiliki kekuatan dahsyat dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Indonesia juga bukanlah negara agama melainkan bangsa dan negara yang menempatkan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila 1 Pancasila) sebagai landasan mendasar dan titik tolak tata kelola bangsa dan negara RI.
Bangsa ini bangsa besar tidak boleh dikerdilkan dan atau dianggap burung emprit oleh siapa pun. Negeri ini negeri kaya raya dan strategis tidak boleh dimiskinkan dan atau disengsarakan oleh siapa pun. Persatuan dan kesatuan bangsa ini pun tidak boleh dikoyak dengan dalih dan alasan apa pun dan oleh siapa pun. Semuanya harus meningkatkan kewaspadaan karena isu agama akan terus dijadikan peluru oleh pihak-pihak yang ingin Indonesia terkoyak, lemah, dan terpecah-pecah.
Lebih-lebih tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik menghadapi Pemilu serentak, Pileg dan Pilpres RI tanggal 17 April 2019. Adalah sikap arif dan bijaksana demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk tidak melakukan infiltrasi isu agama dalam politik pemilu, khususnya Pilpres RI 2019.
Menanggalkan isu agama dalam momentum tersebut merupakan sebuah peran besar dalam perjalanan bangsa dan negara ini khususnya lima tahun ke depan. Menjadi determinasi berlangsungnya Pilpres RI 2019 berjalan SUKSES, LANCAR, AMAN DAN DAMAI.
Bersama ini pula, selaku Presiden Rakyat Kecil / Kawulo Alit Indonesia, perlu menambahkan bahwa Gerakan Rakyat Kecil / Kawulo Alit Indonesia Sukseskan Pilpres RI 2019, Gaduh Politik NO!!! Aman Damai YES!!! mengawal Pilpres RI 2019 hingga 17 April 2019, serta hingga Presiden dan Wakil Presiden RI masa bhakti 2019-2024 diambil Sumpahnya di depan SU MPR RI tanggal 20 Oktober 2019 pukul 10.00 WIB mendatang.
Siapa pun yang dipilih rakyat Indonesia, apakah Joko Widodo – Ma’ruf Amin atau Prabowo Subiyanto – Sandiaga Salahuddin Uno, menjadi Presiden dan Wapres RI 2019-2024 adalah kader terbaik bangsa atas kehendak dan ridho Allah Swt untuk merah putih, NKRI dan Nusantara Indonesia.
Untuk itu terpilih atau tidak terpilih diharapan tetap menajdi kader terbaik bangsa, memberikan tauladan kepada seluruh rakyat berkenan menerima dengan sikap legowo dan ikhlas karena yang menang pada dasarnya adalah segenap rakyat dan bangsa Indonesia, bukan golongan dan atau kelompok tertentu belaka. ‘Tanggalkan Isu Agama Dalam Pilpres RI 2019 Obat Mujarab Kerinduan Membiru Dari Ibu Pertiwi Nusantara Indonesia’.
Indonesia Mampu!!! Asal Pemimpinnya MAU!!!
dr. Ali Mahsun, M. Biomed.
– Presiden Rakyat Kecil / Kawulo Alit Indonesia
– Ketua Umum DPP APKLI 2017-2022
Alumni FK UNIBRAW Malang dan FK UI Jakarta
– Putra Asli Mojokerto Jawa Timur