KABARRAFFLESIA.com – Joe Zinktla, seorang pemerhati budaya dan sosial berkesempatan sharing pengetahuan terkait budaya dan musik etnik Native American di forum “Semua Tentang Musik Persembahan dari Jaker (STMJ #1)” pada Jumat malam 26 April 2019.
“Native American punya salam khas yakni A’HO,” kata pria yang punya nama asli Hari Sugito ini membuka uraiannya.
Nama Joe Zinktla diberikan oleh artis Native American Sioux (bacanya Siu-red) dua tahun yang lalu, artis tersebut adalah Ronald T. Mahtociqala, selaian seorang artis ternama di kalangan Native American Ronald juga pintar menggambar spiritual drawing.
“Saya dikasih 3 gambar karyanya yang dikirim lewat facebook. Saya juga diberi alat musik Love Flute dengan cuma-cuma, dikirim jauh dari Yunani dan diberi pengertian bahwa sesungguhnya Indian itu tak pernah diakui oleh American Native, orang-orang asli amerika tidak pernah mau mengklaim dirinya Indian. Karena bagi mereka itu ungkapan yang salah alamat. Alasan mereka karena mereka punya nama sendiri sesuai dengan sukunya masing-masing,“ ungkapnya.
Menurut Joe, kalau kita mau bicara Native American seutuhnya maka kita akan mendapatkan istilah “Kami American suku apa dan bagian yang mana”.
“Amerika Utara tidak sama dengan Kanada, tidak sama dengan Mexico, tidak sama dengan Amerika Latin atau Amerika Selatan,” sambungnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, kalau di sejarah mungkin kita hanya mengenal Inca, Maya, dan Aztec yang semua itu oleh bangsa kulit putih bukan yang disebut sebagai Amarican Indian. Yang mereka sebut sebagai American Indian (seperti dalam film-film cowboy Hollywood itu) adalah suku Native North Amarican seperti Apache, Mohican, Chayene, Sioux dan Pawnee.
Suku Sioux sendiri ada tiga yakni Sioux Lakota, Dakota dan Nakota. Alat musik mereka adalah Love Flute (dalam bahasa Inggris) karena dalam bahasa aslinya bisa berlainan tergantung dari sukunya.
“Seperti orang Sunda bilang suling, kalau di Padang disebut Saluang. Saya tidak bisa sebut nama alat ini dalam bahasa masing-masing suku tersebut, takut salah, “akunya. Untuk pengucapan terimakasih juga bisa berbeda-beda di macam-macam suku tersebut.
Totem dan Alat Musik Native American Love Flute
Di Love Flute ini ada Totem. Totem adalah gambaran atas kepercayaan mereka sebagai Totemisme, Totem sendiri lahir dari kata Tatu.
Totemisme ini diyakini sebagai hewan suci, dan yang paling tertinggi atau paling suci adalah elang. Selain elang juga ada burung hantu, serigala, beruang dan harimau. Burung Hantu perlambang kebijaksanaan, beruang dan harimau memiliki perlambang yang sama yakni kekuasaan dan kekuatan.
Alat-alat musik Native American itu terbuat dari alam dan cenderung Shaman (dukun), bukan soal perdukunan tapi memang itulah budaya asli Native Ameircan dimana berawal dari meditasi dan berakhir dengan meditasi.
Dengan kepercayaan dan budaya Shaman tadi diyakini menjadikan alam tetap seimbang dan terjaga, tapi dengan adanya agama-agama justru menghancurkan budaya juga keyakinan bangsa Native American yang dituduh sebagai animisme-dinamisme, totemisme, spiritisme.
Tapi kaum Native American tidak tinggal diam atas kekacauan terjadi seperti sekarang ini, di bumi Amerika takkan dibiarkan itu terjadi, maka hingga hari ini terus berlangsung aksi menentang dibuatnya pipa minyak di daerah Dakota Amerika yang dikenal dengan gerakan American Indian Movement (AIM).
Agama Orang Native American
Agama orang Native American itu sama seperti kalau di Sunda dengan Wiwitan, di Jawa dengan Kejawen, atau Kaharingan pada Suku Dayak di Kalimantan. Jadi mereka adalah orang-orang yang menganut kepercayaan kepada Tuhan tanpa harus menyebutnya sebagai agama A, B, C seperti yang ada sekarang.
Orang-orang Native American mengakui Tuhan itu ada sebagai Wanka Tanka (Great Spirit) atau roh maha besar.
Cara mereka melakukan ritual persembahyangan tidak jauh beda dengan Sunda Wiwitan, tidak jauh beda dengan orang-orang Dayak, tidak jauh beda dengan orang-orang Kejawen. Mereka juga membakar dupa dan kemenyan.
Persembahyangan mereka dipersembahkan untuk Father Heaven, Mother Earth atau Ibu Bumi, mereka panggil seluruh leluhur untuk keseimbangan alam dan segala isinya.
Maka jadilah alat-alat musik yang mereka mainkan sangat kental dengan dunia alam ghaib dan spiritual. Bunyi-bunyian suling Native American kental dengan atmosfir mistis. Ketika kita mendengarnya seperti dibawa dalam suasana hening, sunyi, meditasi dan alat musik mereka memang lahir diperuntukkan untuk itu. Bukan untuk pesta atau entertain.
Namun sekarang banyak pemusik-pemusik Native Ameircan sudah memainkannya untuk tujuan komersil berorientasi uang dan industri semata.
Warbonet
Orang-orang Native American menggunakan Warbonet (Head Dress) yang sejatinya peruntukkannya tidak untuk umum. Warbonet suci dan sakral, tapi ketika bangsa kulit putih masuk ke Amerika menjadikan sejarah dan budaya banyak dimanipulasi.
Ketika Christopher Columbus datang Native American awalnya tidak menganggap sebagai musuh. makanya orang Native American menolak ‘Festival Christopher Columbus karena orang ini datang sebagai penjajah dan orang inilah yang membuka pintu bangsa kulit putih masuk ke benua Amerika merusak tatanan hidup juga budaya asli Amerika.
Bangsa kulit putih itu datang dan memanipulasi kebudayaan bangsa Native American, Warbonet hanya dijadikan kostum fashion semata padahal itu sangat-sangat tidak diperkenankan. Demikian juga generasi baru yang muda-muda juga banyak yang tidak tahu atau tidak diajarkan sejarah yang benar akan bangsanya.
Meski Warbonet tidak boleh sembarang dipakai tapi tetap ada toleransi untuk memperkenalkan-menyebarluaskan apa itu budaya Native American.
Warbonet sendiri dipakai oleh orang-orang yang punya jasa, Warbonet bukan dari bulu ayam tetapi dari bulu elang, semakin banyak bulu dipakai berarti semakin besar jasanya.
*Suku Inca*
Suku terbesar di Amerika Selatan (Peru) adalah suku Inca dengan kebudayaan Andes, mereka juga punya ikat kepala (Head Dress) dengan lambang suci Inca. Ikat kepalanya tidak memakai banyak bulu tapi cukup tiga saja. Ikat kepala ini biasa dipakai oleh Emperor atau rajanya Inca.
Inca punya alat musik bernama Quena (baca: Kena -red) bernotasi diatonik dan banyak dimainkan musisi-musisi Amerika seperti Yuri, Pacha Chalwanka, Lobo.
Jadi alat musik Native American secara umum terbagi menjadi dua, sebelah utara cenderung Shamanisme bernada pentatonis, cenderung meditasi, mistik dan spiritual. Sementara yang di selatan bernada diatonis dan melebur dengan budaya pop.
Lalu ada juga Nose Flute yang cara memainkannya dengan hembusan angin dari hidung, bisa dimainkan untuk banyak lagu dan dibelahan utara dipergunakan untuk memanggil elang.
Terakhir Joe menutup bahwa komunitas pencinta American Indian di Indonesia ada di Jawa Timur, seperti Kampung Indian di Kediri, Kampung Apache di Malang.
Ditulis oleh: Sukir Anggraeni