KABARRAFFLESIA.com – Aliansi Jurnalis Independen Bengkulu menggelar kegiatan kursus singkat Mobile Journalism (MoJo), Kamis, 05 Desember 2019. Kegiatan yang melibatkan 30 peserta dari kalangan mahasiswa, jurnalis, blogger, youtuber dan content creator Bengkulu ini digelar di Boombaru Resto.
Koordinator Bidang Pendidikan AJI Bengkulu Demon Fajri mengatakan, kursus singkat gratis ini sebagai bagian dari misi edukasi AJI, khususnya terkait penggunaan telepon pintar yang hari ini telah menjadi satu kebutuhan penting setiap orang.
Metode pelatihan ini akan menggunakan pola pemaparan dan diskusi serta praktik singkat penerapan telepon seluler sebagai alat untuk mendokumentasikan apa pun, tentunya dengan sentuhan jurnalisme.
“Peserta diberikan tips penulisan naskah, reportase, pengambilan video, grafis dan editing,” kata Demon.
Pendaftaran kursus singkat Mobile Journalism yang digelar AJI Bengkulu, dilakukan secara daring yang dibuka sejak Minggu, 1 Desember 2019. Total pendaftar sejak dibuka hingga Senin, 2 Desember 2019 tercatat telah melebihi kuota yakni 64 orang.
Dengan rincian, jurnalis sebanyak 19 orang, mahasiswa/i 30 orang, blogger empat orang, Vlogger lima orang dan umum sebanyak enam orang.
“Namun, 30 peserta yang dinyatakan lolos seleksi. Itu sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,” kata Demon.
Pelatihan yang difasilitasi oleh Koordinator Bidang Komunikasi dan Data AJI Bengkulu, Heri Aprizal berharap, dapat melahirkan inisiasi komunitas MoJo di Bengkulu. Sehingga menjadi wadah berbagi dan belajar bersama.
“AJI siap memberikan pendampingan dan penguatan kepada para peserta ini jika ingin lebih serius kedepannya,” ujar Heri.
Jurnalisme oleh Warga
Di bagian lain, Ketua AJI Bengkulu Harry Siswoyo menyebutkan bahwa penerapan Mobile Journalism menjadi ruang bagi publik mendapatkan kembali nilai jurnalisme yang selama ini telah hidup di masyarakat.
“Jurnalisme kini bukan cuma milik jurnalis seutuhnya. Loncatan digital lewat telepon pintar dan media sosial serta internet membuat jurnalisme kini milik setiap orang,” kata Harry.
Dedek Hendry, Ketua AJI Bengkulu, periode 2015-2019, menambahkan bahwa jurnalisme sesungguhnya memang telah ada sepanjang peradaban manusia. Sejak seorang manusia mulai bisa berkomunikasi. Sejak itu pula orang tersebut, sebenarnya telah menjadi pencari dan pengabar berita atau informasi.
Karena itu, secara manusiawi seorang manusia akan mencari dan mengabarkan berita atau informasi faktual atau benar, untuk kebaikan dirinya sendiri atau orang lain.
“Sehingga, ketika dikaitkan dengan moralitas, adalah mustahil seorang manusia yang bermoral akan mencari dan mengabarkan berita bohong, apalagi fitnah,” terang jurnalis The Jakarta Post ini.
(rls)