KABARRAFFLESIA.com – Sejak bulan April 2019 sampai dengan Januari 2020, di sekitar pantai Teluk Sepang Kota Bengkulu telah terjadi lima belas kali penemuan kematian satwa liar yang dilindungi Undang-Undang berupa Penyu sejumlah 28 (dua puluh delapan) ekor.
Balai KSDA Bengkulu yang mendapat laporan dari masyarakat telah menugaskan personil Resort Pantai Panjang Pulau Baii pada Seksi Konsrevasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bengkulu untuk melakukan pemeriksaan Tempat Kejadian Kematian Penyu dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan.
Bangkai-bangkai penyu yang ditemukan tersebut semuanya sudah membusuk, diperkirakan kematian penyu telah lebih dari 48 jam sebelum ditemukan. Kondisi fisik bangkai penyu yang ditemukan tersebut ada yang terikat jaring, ditemukan sampah plastik deterjen, tali, filter rokok dan kayu pada saluran pencernaan, serta sebagian besar kondisinya sudah busuk dengan organ tubuhnya sudah hancur.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam melakukan tindak lanjut
terhadap terjadinya kematian penyu di pantai Kota Bengkulu, sebagai berikut:
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu
BKSDA Bengkulu telah menugaskan petugas Resort KSDA Pantai Panjang Pulau Baai
Seksi Konservasi Wilayah II, Tim Wildlife Rescue Unit dan dokter hewan untuk
melakukan pemeriksaan pada beberapa ekor penyu yang ditemukan mati di Pantai Kota
Bengkulu, pemeriksaan spesimen penyu yang dilakukan meliputi:
- Melakukan pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai), dan dilanjutkan dengan koleksi
spesimen dari organ-organ penyu. Spemisen tersebut kemudian dikirim ke
laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner, Kementerian Pertanian dan
Laboratorium PSSP Institut Pertanian Bogor pada tanggal 5 Desember 2019 untuk
tujuan pemeriksaan Histopatologi dan Toxicologi. - Balai KSDA Bengkulu telah mengundang instansi/ lembaga terkait untuk rapat
koordinasi pertama (I) mengenai tindak lanjut kematian penyu di ruang rapat Balai
KSDA Bengkulu dengan mengundang Instansi lain yang terkait dan LSM serta
wartawan dengan hasil rapat sama sama menyimpulkan untuk sama sama menunggu hasil pemeriksaan Laboratorium yang telah dikirim oleh Balai KSDA
Bengkulu. - Balai KSDA Bengkulu telah melakukan rapat kedua (II) yang dihadiri beberapa
instansi terkait (Dinas LHK Prov. Bengkulu, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov.
Bengkulu, Dinas Karantina Ikan Bengkulu, Direskrimsus Polda Bengkulu, Polairud
Polda Bengkulu, Tenaga Ahli dari akademisi (Universitas Bengkulu Prodi Ilmu
Kelautan dan Fak. Kehutanan) dan Ka.Urusan lingkup BKSDA Bengkulu untuk
mendengarkan paparan hasil Laboratorium oleh Balai KSDA Bengkulu, dengan
kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Surat Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Nomor: B-
/16/PK.310/H.5.1/01/19/538 tanggal 20 Januari 2020 perihal Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, bahwa Diagnosa umum mikroskopis dari
spesimen penyu yang telah dikirimkan adalah Hepatik nekrosis parah,
hepatitis, enteritis parah, haemonrrhagi, hemosiderosis, myopathy
dan myosis. Hasil penegakan diagnosa laboratorium adalah infeksi
bakterial suspect Salmonellosis dan Clostridiosis. Hal ini juga
dipengaruhi oleh spesimen yang dikoleksi dan dikirimkan sudah mengalami
autolysis.
b. Berdasarkan hasil pengujian Nomor: LB.19/538 Balai Besar Penelitian
Veteriner Bogor, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian tanggal 10-11 Desember 2019 dari pemeriksaan 11
spesimen organ penyu diketahui bahwa hasil pengujian toxicologi tidak
menunjukkan nilai yang mempengaruhi mortalitas penyu.
Dinas LHK Provinsi Bengkulu
Bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) didampingi oleh Dinas
LHK Provinsi Bengkulu telah melakukan pengambilan sampel (sampling) air di sepuluh
titik pada sepanjang Pantai Kota Bengkulu antara Pantai Sungai Hitam sampai dengan
Pelabuhan Pulau Baai menunjukkan hasil Uji Kualitas Air Laut adalah memenuhi baku
mutu air laut sesuai dengan Permen LH Nomor 51 Tahun 2004.
BMKG
Terjadi Suhu Muka Laut dengan penyimpangan (Anomali) dingin di perairan sebelah
barat Bengkulu antara bulan September hingga awal Desember (kurang dari normnalnya
sebesar 0.5 – 3 derajat celcius) dan mulai menghangat pada pertengahan Desember hingga sekarang (sumber data: https://www.esrl.noaa.gov/)
Polair Polda Bengkulu
Dari hasil laboratorium belum menunjukan adanya penyebab kematian penyu yang
dilakukan oleh faktor manusia sehingga belum dapat dilakukan penyidikan dan pihak
polairud polda bengkulu akan memberikan himbauan kepada masyarakat nelayan dan
masyarakat pesisir agar menjaga biota laut khususnya penyu dengan tidak
memperdagangkan penyu maupun telur penyu dan tidak mengganggu ataupun merusak
habitat penyu di wilayah perairan dan pesisir propinsi bengkulu, serta memberikan
himbauan kepada masyarakat dan industri untuk tidak membuang sampah di laut ataupun
limbah yang dapat merusak lingkungan terutama di laut.