KABARRAFFLESIA.com – Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan Dinkes Kota Bengkulu terhadap para santri Ponpes Hidayatullah Qomariah yang mengalami keracunan masal sudah selesai dilakukan. Hasil pemeriksaan di BPOM dan BTKL Palembang juga sudah keluar.

Rabu (26/8/2020) Kadis Kesehatan Kota Bengkulu Susilawaty didampingi Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Nelli Hartati dan Kabid Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Kominfosan Nugroho Tri Putra memberikan data dan release mengenai kasus keracunan masal ini yang termasuk kategori kejadian luar biasa (KLB).

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Susilawaty, kejadian keracunan masal yang pertama pada tanggal 14 Agustus dimana ada 163 santri di ponpes Hidayatullah Qomariah keracunan usai menyantap makanan berupa nasi, dan sambal telur. Mereka dilarikan ke rumah sakit, sebagian di RSHD Kota Bengkulu.

“Kejadian yang pertama kita sudah lakukan penyelidikan epidemiologi dan pengambilan spesimen sisa makanan. Sisa makanan diperiksa BPOM, muntahan diperiksa ke BTKL Palembang dan Labkesda Provinsi Bengkulu,” sampai Susilawaty.

Hasilnya, berdasarkan hasil laboratorium dari spesimen sisa makanan ternyata positif Staphylococcus Aureus (pencemaran), positif Bacillus Cereus (penyimpanan makanan) dan Escericia Colli (pencemaran dengan pembuangan kotoran).

Pada sample air juga positif Escericia Colli karena ada pencemaran sumber air bersih dengan pembuangan kotoran. Diketahui bahwa sumber air bersih yang dugunakan oleh pihak pengelola makanan di ponpes tersebut menggunakan sumur bor.

“Ada bakteri Staphylococcus Aureus yang mengidentifikasi adanya pencemaran makanan, Bacillus Cereus yang mengidentifikasikan penyimpanan makanan pada ruangan yang tidak memenuhi standar. Kemudian Escericia Colli mengidentifikasikan terjadinya pencemaran air dengan pembuangan kotoran. Juga ditemukan Escericia Colli pada air sumur bor sebagai sumber untuk pengolahan makanan,” beber Susilawaty.

Maka dari itu, Dinkes Kota Bengkulu atas nama Pemkot Bengkulu merekomendasikan agar pihak yayasan ponpes memperhatikan sanitasi pengelolaan makanan mulai dari penyimpanan bahan mentah, pengelolaan makanan, dan penyajian makanan.

Kemudian kebersihan tempat pengelolaan makanan baik lantai, alat dan tempat penyimpanan makanan juga harus diperhatikan. Yang jauh lebih penting memperhatikan kebersihan sumber air bersih yang digunakan baik untuk keperluan pengolahan makanan maupun keperluan lainnya.

“Kita juga sarankan kepada penjamah makanan agar mendapat pelatihan hygiene sanitasi pengolahan makanan agar lebih memperhatikan aspek kebersihan,” kata Susilawaty.

Untuk kasus yang kedua kalinya, masih kata Susilawaty yakni yang terjadi tanggal 23-24 Agustus ada 65 santri ponpes Hidayatullah Qomariah yang kembali mengalami keracunan masal hingga total santri yang keracunan berjumlah 228 orang.

Santri yang keracunan untuk kedua kalinya ini sudah pulih dan kembali ke asrama. Namun untuk hasil lab, belum keluar dari BPOM dan BTKL Palembang.

“Hasil laboratorium sample makanan, muntahan, dan air bersih masih dalam proses pemeriksaan di BPOM dan BTKL Palembang serta Labkesda provinsi. Namun dugaan kesimpulan sementara, berdasarkan masa inkubasi terpendek yaitu rata-rata 8-10 jam keracunan makanan disebabkan Escericia Colli dengan gejala mual, muntah, demam, menggigil dan sakit kepala,” demikian Susilawaty.

Untuk diketahui juga, biaya perawatan 66 santri yang dirawat RSHD Kota Bengkulu semuanya ditanggung oleh Pemkot Bengkulu dengan total biaya mencapai Rp 100 juta.

Sebelumnya, saat terjadi keracunan masal Walikota Bengkulu Helmi Hasan dan Wawali Dedy Wahyudi sudah menjenguk dan memberi support kepada korban keracunan yang dirawat di RSHD. Walikota dan wawali berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali.

Pemkot Ambil Langkah Tegas Terkait 2 Kali Insiden Keracunan Massal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here