Perawakannya memang tak lagi muda, tapi tidak dengan semangatnya. Di usianya yang ke-55, ia tetap produktif, tetap aspiratif, dan tetap bergerak menghadirkan kebahagiaan sebagaimana visi Pemerintah Kota Bengkulu di bawah kepemimpinan Helmi Hasan dan Dedy Wahyudi. Bahkan tak jarang dirinya turun langsung menjadi sopir ambulans, bertugas mengantarkan jenazah atau warga yang sedang sakit. Ini kisah sang lurah di perbatasan kota!
————————
Minggu, 8 Agustus 2021, di beranda Fb (Facebook) penulis nampil giat pembagian paket sembako dari Cendikiawan Muslim Betungan (CMB), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), dan Forum RT/RW se-Kelurahan Betungan yang secara simbolis dibagikan oleh Wakil Wali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi. Foto-foto dan caption terkait kegiatan tersebut dibagikan akun Fb Kelurahan Betungan.
Rasa-rasanya tidaklah asing ketika publik disodorkan nama LPM ataupun Forum RT/RW, tapi tidak bagi CMB, menarik dan memantik penulis untuk mendalami lagi tentang CMB, yang ternyata sebenarnya sudah lama terbentuk. Bahkan Wawali Dedy dalam postingan di akun Fb-nya pada 19 Juli 2020 pernah menyebutkan jika CMB itu semacam ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) tingkat kelurahan.
Dan hasil penelusuran penulis menunjukkan ada peran besar M Juanda yang resmi menjabat Lurah Kelurahan Betungan sejak 9 September 2019 itu terhadap terbentuknya CMB, yang menjadi satu-satunya kelurahan, tidak hanya di se-Kecamatan Selebar, tapi juga se-Kota Bengkulu, yang memiliki organisasi cendikiawan muslim. Yang oleh penulis menyebutnya sebagai buah dari safari masjid. Kenapa demikian?
M Juanda menjelaskan, pasca serah terima jabatan, selaku lurah dirinya langsung bergerak melakukan pendekatan kepada warga masyarakat dan RT-RT. Karena dinilai lebih repot dan takut kurang efektif jika mengumpulkan semua perkumpulan se-Kelurahan Betungan dalam satu forum, ia berinisiatif ‘PDKT’ lewat masjid-masjid yang jumlah keseluruhan se-Kelurahan Betungan sebanyak 20 masjid.
“Kebetulan saya ada anak angkat yang seorang ustadz, Kamaludin namanya lulusan pesantren, jadi saya ajak dia Subuh untuk berkumpul di masjid, tolong dia jadi imam sekaligus ngisi tausiah. Jadi setelah jalan beberapa masjid, waktu di masjid di RT 58 Nurul Syifa, kebetulan di situ ada Ustadz Ganti dan Pak RT-nya Sigit, setelah salat dan ceramah kita ngobrol sambil ngopi, lalu keluarlah usulan dari pak ustadz itu minta tolong rangkul seluruh ustadz dengan semua pengurus masjid se-Kelurahan Betungan,” jelasnya.
Menindaklanjuti aspirasi tersebut, M Juanda bergegas membuat surat undangan yang ditujukan kepada para ustadz, imam, khatib, dan bilal. Hingga akhirnya setelah dilakukan pertemuan dan pembahasan sampai tiga empat kali terbentuklah CMB dengan komposisi kepengurusan, Ketua Ustadz Zulfikar, Sekretaris Ustadz Ganti Gunawansyah, Bendahara Ustadz Alfian, ditambah pengurus lainnya.
“Setelah itu saya buat SK-nya. Kegiatan awal CMB itu untuk mengisi takziah-takziah di tempat yang terkena musibah, sesuai dengan kesepakatan kita gratis tanpa bayaran sepeserpun. Namun kalau kini untuk kegiatan takziah terpaksa istirahat karena Covid-19,” ungkapnya.
Seiring dengan dinamika yang berkembang, CMB tak sekadar menjadi ajang silaturahmi para pemuka agama, bahkan kian meluas ke kegiatan sosial kemasyarakatan.
“Karena perkembangan pemikiran-pemikiran kita, CMB meluas ke organisasi yang bersifat sosial, seperti membantu anak yang mengidap kanker getah bening, itu kegiatan sosial awal kita, karena keluarganya dalam keadaan tidak mampu kita cari solusinya, walaupun tidak besar kita wajib bantu, Alhamdulillah terbantu. Kemudian ada salah satu ustadz kita yang radang otak, kita bantu pengobatan hingga ke Jakarta, Alhamdulillah selesai juga,” kata M Juanda.
Tak hanya itu, keberadaan CMB pun dirasakan manfaatnya oleh warga luar Betungan. Seperti warga Kelurahan Pekan Sabtu dan Pagar Dewa yang terkena musibah kebakaran. Warga asal Talo yang tinggal di Sawah Lebar yang memiliki anak yang mengidap kelainan usus. Lalu ada juga warga Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu yang dua anggota keluarganya meninggal dunia akibat tertimpa pohon di Pulau Enggano.
Termasuk giat sosial pembagian paket sembako seperti disampaikan penulis di awal tulisan ini. Dijelaskan M Juanda, bahwa kegiatan tersebut merupakan kali ketiga dilakukan CMB, di mana pada edisi kali ini sebanyak 124 KK dari 62 RT kebagian paket sembako, yang data penerimanya diserahkan ke Ketua RT masing-masing.
“Karena kini BST ada, PKH ada, bantuan isoman ada, belum bantuan dari pak wali dan pak wawali, jadi agar tidak tumpang tindih kami putuskan bantuan CMB ketiga ini diserahkan ke Ketua RT, karena Ketua RT punya data siapa yang sudah menerima siapa yang belum. Karena jumlah RT ada 62, kami minta sama Pak RT siapkan dua penerima paket sembako ini,” terangnya.
Namun sebenarnya, ungkap M Juanda, rencananya giat sosial ketiga CMB ini diusulkan untuk bantuan pendidikan, berupa peralatan sekolah kepada anak-anak kurang mampu. Tapi lantaran sekolah masih daring, bantuan dialihkan ke paket sembako.
“Ke depan kita telah sama-sama berkomitmen bahwa CMB tidak sebatas bantuan paket sembako saja, tapi juga bantuan pendidikan, kemudian kalau ada orang sakit, CMB harus turun,” sebutnya.
Silaturahmi Jalan, Sosial Jalan
Sekretaris CMB Ustadz Ganti Gunawansyah menyampaikan, perkembangan CMB sejauh ini di luar dugaan, menurutnya ini berkat dukungan dari Pemerintah Kelurahan Betungan.
“Alhamdulillah dari awal terbentuk CMB ini sampai sekarang di luar dugaan, tujuan awalnya cuma mau ngumpulkan ustadz-ustadz, sekadar untuk merangkul ustadz-ustadz dan pengurus masjid, tapi setelah terbentuk berkat support pemerintah, Kelurahan Betungan, ternyata lebih dari yang kita harapkan, semula untuk kegiatan di masjid-masjid tapi kini merambat ke mana-mana, Alhamdulillah,” sampainya.
CMB, ungkap Ustadz yang masih berusia 31 tahun ini, kini punya program celengan umat, berupa kotak amal yang disebarkan di sejumlah titik, inilah yang menjadi salah satu sumber pendanaan CMB dalam melaksanakan aksi sosial.
“CMB sekadar awalnya untuk agama saja tapi sudah mengarah ke sosial, karena ide-ide dari orang banyak tadi, bantuan dan dukungan dari pemerintah khususnya kelurahan dan kota, jadi CMB ini bukan urusan keagamaan saja, tapi juga masalah sosial, masalah kemasyarakatan, dan pak lurah pun punya ide-ide yang sejalan, sehingga CMB ini ada aktivitas lebih. Ada program celengan umat, awalnya mau ditaruh di masjid-masjid, tapi kata pak lurah masjid itu terbatas, sekarang kita ke ruko-ruko, toko-toko, konter, Alhamdulillah efeknya luar biasa, banyak yang mendukung. Silaturahmi jalan, sosial jalan juga,” ungkap Ustadz Ganti.
Ditambahkan M Juanda, Kotak Amal “Infaq dan Sadaqah” ini awalnya berjumlah 15 buah, bertambah menjadi 42, dan kini ada total 60 kotak amal. Di mana pengadaannya berkat donasi dari anggota CMB itu sendiri, masyarakat, dan para pihak lainnya.
“Alhamdulillah berkat donasi adik sanak yang dimasukkan ke dalam kotak amal yang setelah dikumpulkan berjumlah 10 juta lebih itulah yang digunakan untuk pembagian 124 paket sembako,” tukas M Juanda.
Sopir Ambulans
Ternyata ada fakta menarik dari sosok M Juanda yang diungkapkan Kasi Pelayanan Umum Kelurahan Betungan Nanto Sinarman, bahwa sang lurah kerap bertugas sebagai sopir ambulans. Hal itu dilakukan ketika dirinya atau yang lainnya sedang berhalangan.
“Khususnya kalau yang dibawa itu pasien Covid-19 atau jenazah. Kalau yang lain bahkan saya sendiri masih rasanya bagaimana itu kalau bawa jenazah, tapi enggak jadi masalah sama pak lurah,” ungkap Nanto.
Bagi Nanto sendiri, M Juanda bukan sekadar lurah, melainkan sosok ayah baginya. Mobilitasnya yang tinggi dalam menjalankan kerja-kerja pelayanan publik tak terlihat di usianya yang sudah tidak muda lagi itu. Apalagi sebagai seorang lurah, yang dituntut harus lebih dekat dengan masyarakat dan harus lebih mengetahui persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Senada, hal yang sama diungkapkan Anggota DPRD Kota Bengkulu Dapil Selebar dan Kampung Melayu Bambang Hermanto yang mengaku cukup mengetahui sepak terjang Lurah Betungan. Dia sangat mengapresiasi kinerja M Juanda, khususnya dalam pembentukan CMB.
“Dia bikin perkumpulan ustadz di Betungan, itu menarik, kelurahan se-Kota Bengkulu tidak ada selain Betungan, jadi ustadz se-Kelurahan Betungan dikumpulkannya dibuat perkumpulan dibuat persatuan, jadi seluruh kegiatan takziah tidak boleh ada ustadz dari luar, ustadz Kelurahan Betungan itu saja. Itu menarik, karena kelurahan yang lain tidak punya ikatan cendekiawan ustadz,” ungkapnya.
Selain itu, kata Bambang, M Juanda adalah sosok yang peduli, selalu hadir saat ada warga terkena musibah, dan sering membantu anak-anak yang kesulitan biaya pendidikan.
“Dia ini orangnya sangat peduli, dia ada yayasan, anak yatim diangkat jadi anak asuh, kalau ada yang ninggal dia terus yang turun tangan sampai ke mana-mana itu, ada anak terancam putus kuliah dia kasih bantuan secara pribadi, walaupun dia sudah tua tapi dia ke mana-mana,” ujar Bambang.
(JMSI Bengkulu)