KABARRAFFLESIA.com – Wiji Thukul ditetapkan sebagai Ketua Umum Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat seumur hidup dalam Kongres II yang berlangsung dua hari tanggal 28, 29 Agustus 2021.
Ketetapan ini dibuat sebagai respon keprihatinan atas mangkraknya penyelesaian kasus hilangnya penyair kerakyatan ini sejak tahun 1998. Pemerintah hingga detik ini lupa bahwa ia pernah berjanji mengusut tuntas kasus ini dalam kampanyenya dulu.
“Ya jelas harus ditemukan. Bisa ditemukan hidup, bisa ditemukan meninggal, harus jelas. Tentang nanti ada sebuah rekonsiliasi dari fakta-fakta ya tidak soal. Tapi harus jelas, masa sekian lama belum jelas yang 13 orang hilang itu, ” kata Jokowi di Media Center Jalan Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (9/6/2014).
Diketuai Widji Thukul, Jaker yang dibentuk tahun 1993 saat itu masih memakai nama Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (sebelum mengubah menjadi Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat pada Kongres tahun 2000).
Puisi-puisi Thukul adalah suara rakyat biasa, rakyat jelata, rakyat yang disingkirkan dalam ekonomi dan hak politik tapi dibutuhkan suaranya hanya saat pemilu saja.
Puisi-puisi Thukul yang tegas berpihak, satir dan berlawan kontan membuat gemetar penguasa orde baru kala itu, hingga aktifitas berkesenian Wiji Thukul harus dibungkam.
Kongres II Jaker sendiri berlangsung tanggal 28, 29 Agustus 2021, mengusung tema “Perkuat Kepribadian dalam Budaya, Bangun – Gabung Bersama Partai Alternatif”.
Dua hari penyelenggaraannya menghadirkan para narasumber; Dominggus Oktavianus, Sekretaris Jendral Partai Rakyat Adil Makmur (Proposal Politik PRIMA), Nuraini Hilir, Tenaga Ahli Kedeputian 2 Kantor Staf Presiden (Situasi Nasional Selama Pandemi Dalam Tinjauan Kebudayaan), Idaman Andarsamoko, Anggota Wikimedia Indonesia (Kebudayaan Di Hadapan Apokaliptika Tak Kasat Mata), Hegel Terome, Pemerhati Sosial (Menuju Mimpi Indonesia), AJ Susmana, Penulis Novel Menghadang Kubilai Khan (Peran Kebudayaan dan Langkah Kongkrit Menuju 2024)
Selain menetapkan Wiji Thukul sebagai Ketua Umum, dan diskusi-diskusi dengan tema-tema menarik, kongres juga menghasilkan beberapa keputusan terkait idiologi, strategi taktik, juga organisasi, antara lain;
- Menggelorakan revolusi kebudayaan sebagai kelanjutan semangat Revolusi Proklamasi Kemerdekaan 1945 untuk membangun – memperkuat identitas nasional.
- Terlibat dalam kerja-kerja dan pembangunan kekuatan politik antioligarki.
- Memperbaiki kualitas dan memassalkan gagasan dan seni lewat dunia digital dengan konten-konten original. Pandemi Covid-19 yang membatasi sentuhan langsung menjadikan dunia digital panggung baru yang menuntut kita untuk masuk di dalamnya, memaksimalkan ruang-ruang yang ada: youtube, podcast, tiktok dan dunia media sosial lainnya.
- Memilih Tri Okta Sulfa Kimiawan dan Sonny Laurentius sebagai Ketua Harian dan Sekretaris Jenderal Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat untuk masa jabatan 2021–2026. Penggunaan nama Ketua Harian karena Ketua Umum tetap dipegang Wiji Thukul sebagai penghormatan, sebagai pengingat, sebagai kampanye isu orang hilang, dan meneruskan api Wiji Thukul hingga dia ditemukan. (*)