KABARRAFFLESIA.com – Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau yang dulu bernama Badan SAR Nasional (Basarnas) M. Syaugi mengemukakan, tim pencari yang dikoordinir oleh Basarnas sudah menemukan secara pasti lokasi dari sebaran serpihan-serpihan pesawat Lion Air JT610, yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi.
“Lokasinya sudah pasti, kita sudah sapu dengan yang namanya ROV itu radius 100-200 meter di titik ditemukannya Flight Data Recorder kemarin. Kita sudah sapu, disitu memang banyak bagian-bagian besar,” kata M. Syaugi dalam konperensi pers usai mendampingi Presiden Jokowi meninjau Posko Pencarian Pesawat, di Jakarta International Container Center (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (2/11) petang.
Baca juga: Ini Daftar Penumpang Pesawat Lion Air yang Jatuh
Menurut Kepala Basarnas, kendala pencarian di lapangan adalah tiap hari itu arus cukup deras, begitu masuk alat ROV itu kalau tidak dikendalikan dengan baik dia bisa langsung mundur sesuai arus, apalagi penyelam.
Syaugi menggambarkan mekanisme pencarian Lion Air JT610 itu adalah kapal Victory punya Pertamina itu dengan 4 jangkar siap di posisi lokasi serpihan yang besar-besar itu. Setelah itu diturunkanlah ROV tadi. Setelah itu baru penyelam turun untuk meyakinkan mana yang bisa diangkat.
“Kalau yang tidak bisa diangkat pakai crane, contohnya roda tadi itu diangkatnya pakai crane karena kalau memakai manusia tidak kuat,” ungkap Syaugi.
Kepala Basarnas M. Syaugi berharap dengan peralatan yang canggih itu bisa menemukan badan pesawat. Sampai sekarang diakuinya belum ketemu itu barang. “Jadi yang banyak adalah serpihan-serpihan, ya mungkin segini-segini lah besarnya. Jadi sampai sore hari ini seperti itu,” ujarnya.
Mudah-Mudahan Ketemu
Ditegaskan Kepala Basarnas, bahwa tim pencari tetap melakukan pencarian di area yang lebih luas dari tempat itu untuk bisa meyakinkan betul masih ada tidak bodi pesawat itu.
“Sampai 7 hari, 7 hari itu hari Minggu. Nanti setelah hari Minggu kita analisa lagi. Termasuk tadi black box yang cockpit voice recorder yang masih belum ketemu,” kata M. Syaugi.
Ia menjelaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) bahwa FDR (filght data recorder) saja sebetulnya memang lebih lengkap lebih bagus, tetapi dengan Flight Data Recorder yang mencatat kecepatan, angle, arah dan segala macam itu paling tidak bisa sedikit menguak.
Yang diperlukan cockpit voice itu, lanjut Syaugi, kan pembicaraan. Kalau pembicaraan pilot dengan ATC, menurut Syaugi, sudah punya Airnav. Hanya pilot dengan kopilot atau dengan kru di dalam.
“Mudah-mudahan doakan kita segera bisa menemukan hal tersebut. Jangan kalian bayangkan mudah walaupun kedalamannya 35 meter arusnya cukup deras di situ, belum lagi ombak di atas,” terang Syaugi.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Cengkareng – Pangkalpinang mengalami kecelakaan 13 menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (29/10/2018) pukul 06.20 WIB. Pesawat dengan personal on board sebanyak 189 orang itu jatuh di kawasan Perairan Karawang. (St)