KABARRAFFLESIA.com – Konstalasi politik menuju Pemilihan Gubernur Bengkulu masih liar. Hingga sekarang, belum ada kandidat yang deklarasi maju berpasangan dalam pesta lima tahunan tersebut.
Ridwan Mukti, salah satu politisi senior Partai Golkar menerangkan, saat ini posisi hasil teratas yang siap tarung di Pilgub Bengkulu hanya ada 2 kandidat, Helmi Hasan & Rohidin Mersyah. Sementara bakal calon lain masih jauh tertinggal.
“Kandidat lain jauh tertinggal, masih dibawah 5%. Bahkan banyak yang berada dibawah 2%,” jelas Ridwan Mukti, Rabu (12/6).
Di sisi lain, Rohidin masih menunggu keputusan KPU, apakah masih bisa maju atau tidak. Dengan demikian Golkar akan menyiapkan strategi lain jika kemudian Rohidin gagal mencalon.
“Ada 2 prinsip Golkar dalam Pilkada. Pertama kader, dan kedua menang,” jelas RM.
Selain Rohidin, Golkar memang memiliki kader kuat lain seperti M Soleh. RM menilai mantan Ketua DPD RI itu memenuhi kriteria Golkar untuk dimajukan dalam Pilkada.
“Soleh memenuhi 2 prinsip Golkar, baik sebagai kader, maupun untuk potensi menang,” imbuh RM.
Namun, sambung mantan Gubernur Bengkulu ini, semua itu akan digodok di desk koalisi untuk pilkada nasional. Karena komunikasi antar ketum partai koalisi itu intens sekali.
“Pilkada itu hajat partai, bukan hajat kandidat. Terutama pilgub dalam prespektif diusung oleh parpol. Maka para kandidat di daerah akan sangat tergantung dengan kebijakan politik nasional antar ketum partai di pusat. Jadi, itulah kenyataannya,” beber RM.
Lalu dimana posisi Soleh bila maju di Pilgub Bengkulu? RM menilai Soleh sendiri sangat potensial baik maju sebagai Cagub atau Cawagub.
“Itu akan tergantung komunikasi antara AH (Airlangga Hartanto) dan Zulhas (Zulkifli Hasan) di DPP,” sambungnya.
Khusus untuk Soleh, mantan Bupati Musi Rawas ini yakin dia akan patuh perintah partai. Karena Soleh adalah anggota Fraksi Partai Golkar di tingkat nasional yang tentu pasti tegak lurus dengan kebijakan Ketua Umum DPP Golkar.
“Kiprah beliau (Soleh) di nasional selama ini pasti akan pengaruhi cara pandang beliau,” kata RM
“Sebagai anak bangsa, (kader Golkar) selalu tempatkan kepentingan nasional yg lebih besar daripada kepentingan pribadi. Untuk posisi di nomor 1 atau nomor 2 itu bukan persoalan para kandidat. Itu kewenangan ketum partai dengan berbagai macam pertimbangan di tingkat nasional,” jelasnya kemudian.
Ridwan Mukti mencontohkan Syaifullah Yusuf. Bekas menteri itu sempat dijadikan wakil gubeenur di Jawa Timur. Dan sekarang malah jadi walikota.
“Jadi posisi itu tidak penting bagi para negarawan negeri ini. Yang penting bagi mereka adalah terpanggil untuk berbuat lebih banyak kepada bangsa dan negara serta kemajuan daerah. Itu semua tercermin dalam sikap adinda Soleh yang saya kenal,” pungkasnya.
Sebelumnya, media ini sudah berupaya untuk mengkonfirmasi ke M Soleh. Sebab, beberapa baliho anggota DPR RI itu malah menyebutkan bila dia hendak maju sebagai calon walikota. Namun, M Soleh belum berhasil dihubungi media ini.