KABARRAFFLESIA.com – Beredar video yang menarasikan bahwa pasangan kubu Rohidin Mersyah dan Meriani tidak boleh kalah, sebab jika terjadi maka akan sulit lagi kedepan orang Semaku untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur Bengkulu.

Menanggapi hal ini, tokoh muda asal Kaur Renaldy Eka Putra S.H., M.H. mantan Ketua Umum Pusat Persatuan Mahasiswa dan Alumni Bidikmisi KIP Kuliah Nasional (BPP PDKN) angkat bicara. Baginya sentimen kedaerahan tidak relevan lagi untuk diangkat sebagai isu utama dalam pehelatan pemilihan Gubernur.

“Kalau saya sederhana saja, yang terpenting adalah siapapun yang bisa memajukan Provinsi Bengkulu wajib diberikan kesempatan untuk memimpin kedepan, dan itu bisa dilihat dari rekam jejaknya selama ini,” ujarnya.

Menurutnya pula mungkin isu ini dimainkan untuk menutup kegagalan pembangunan provinsi Bengkulu.

“Selama 9 tahun ini pembangunan provinsi Bengkulu jalan ditempat, dimana-mana masyarakat mengeluh bahwa terhadap janji-janji politik (18 program) Rohidin Mersyah tidak dijalankan secara murni dan konsekuen, sebut saja terkait gas gratis, listrik gratis dll. Khususny di Kaur. Jadi kami yang juga merupakan bagian semaku-pun tidak sepakat atas statemen tersebut,” tegasnya.

Dan hal yang disampaikan Renaldy tokoh pemuda Kaur tersebut selaras dengan hasil rilis survey LSI yang dilaksanakan Hanggoro Doso Pamungkas dalam konferensi Persnya yang menyampaikan bahwa tingkat keinginan masyarakat provinsi Bengkulu untuk dipimpin kembali Gubernur Rohidin Mersyah sebagai petahana (incumbent) per September 2024 sangat rendah, hanya 29,7%.

Survey tersebut diukur dengan salah satu indikator penilaian masyarakat terhadap janji-janji politik (18 program) Rohidin Mersyah terdahulu, dimana terpotret bahwa mayoritas masyarakat Bengkulu merasa program tersebut tidak dijalankan.

Sebagai informasi pula, sesuai dengan data yang sama hasil riset survey LSI tersebut memaparkan bahwa pilihan Gubernur Bengkulu atas alasan kesukuan sangat rendah, dan dalam keterangannya menyampaikan serangan pasangan Rohidin-Meri yang mengedepankan isu suku tak berpengaruh pada pemilih Helmi-Mian yang mengedepankan program.

Gambaran dari data tersebut menyimpulkan bahwa saat ini pemilih lebih terbuka, dan isu primordialisme tak begitu berpengaruh (Direktur CPI – LSI Denny JA).

“Jadi para kandidat tunjukkan saja bukti pembangunan nyata selama ini, jangan memainkan narasi-narasi yang bisa membuat masyarakat terkotak-kotak, sebab politik identitas adalah kegiatan politik yang kontradiktif bagi persatuan kita”, pungkasnya.

Adapun video diupload oleh akun tiktok Barisan Romer. Diduga pidato tersebut disampaikan pada acara kampanye pasangan Erwin Gustianto – Jonaidi SP Cabup dan Cawabup Kabupaten Seluma.

“Statemen dalam video yang beredar tersebut tidak baik untuk harmoni kehidupan sosial masyarakat Bengkulu yang terdiri dari berbagai suku seperti Melayu, Pekal, Rejang, Lembak, Jawa, Batak, Minang dan suku-suku lainnya di Provinsi Bengkulu,” tutup aktifis muda alumni S2 UNILA tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here